-->

Contoh dan Jawaban Soal Puisi beserta Unsur Fisik dan Batin

Judul materi : Contoh dan Jawaban Soal Puisi beserta Unsur Fisik dan Batin
Materi Kelas : Umum
Tema Materi : Unsur Fisik dan Batin pada Puisi
Ringkasan Materi :
bahasauntuk.blogspot.com ~ berikut ini admin berikan bebrapa contoh dari menanalisis sebuah Puisi dari segi Unsur Fisik dan Juga Unsur Batin. salah satu yang di bahas adalah contoh puisi ibu beserta unsur fisik dan unsur Batin, dipostingan ini kkaktri akan memberikan beberapa contoh dari puisi-puisi yang tekenal dan pengarangnya pun tereknal seperti Chairil anwar, Sapardi Joko Damono, Zamawi imron, dll.
Contoh dan Jawaban Soal Puisi beserta Unsur Fisik dan Batin


Untuk rangkuman Pengertian tentang Puisi dan juga mengenai unsur-unsur apa saja yang ada di Puisi yang terdiri dari Unsur Fisik dan Unsur Batin serta bagaimana menanalisi Puisi kalian dapat melihatnya disini Contoh dan Jawaban Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Pada Puisi

Berikut ini saya postingkan 6 contoh puisi beserta analisis unsur fisik dan batin yang terkandung dalam puisi tersebut :

1. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Ibu Karya Zamawi Imron
Puisi "IBU" (Buah Karya D. Zawawi Imron)

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang

ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.

Contoh atau Cara Baca Puisi dapat kalian lihat di youtube berikut ini linknya : 

Unsur Batin :
1.  Suasana          
Haru
2. Tema               
Kecintaan seorang ibu akan anaknya.
3. Nada            
Penghimbau, mengingatkan kepada kita pembaca agar tidak melupakan ibu, dan tahu betapa banyaknya jasa yang telah diberikan ibu ke kita.
4.  Amanat        
Ibu adalah seorang yang sangat berjasa di kehidupan kita dengan segala hal yang diberikan olehnya, dan bagaimana seorang anak yang telah hidup berpisah dari ibunya harus tetap mengingat dan berbakti kepada orang tuanya.

Unsur Fisik :
Unsur-unsur batin tersebut dapat dibuktikan dengan unsur-unsur fisik sebagai berikut :

1)    Diksi
Kemarau
Berarti kekeringan; gagal panen; bencana
Hanya mata air air matamu ibu
Sang ibu menangis; karena kesusahan saat kemarau tiba.
Mayang siwalan
Kerinduan; kenangan indah
Gua pertapaanku
Dalam kandungan/rahim; tempat berlindung; tempat bernaung; mencari petunjuk.
Berlayar
Menghadapi kehidupan
Pahlawan
Sosok yang berjasa besar
Samudra
Sangat luas
Lautan teduh
Samudra pasifik; samudra terluas
Angin sakal
Masalah; cobaan; hambatan
Bianglala
Pelangi; 
indah
Langit biru
Indah

2)    Kata konkret
Sumur-sumur kering
Dedaunan pun gugur bersama reranting
Kemarau; kekeringan; gersang; tandus
Sedap kopyor susumu
Dan ronta kenakalanmu
Mengingat tentang masa kehidupan
Ibu adalah gua pertapaanku
tempat mencari petunjuk kehidupan
Kasihmu ibarat samudra, sempit lautan teduh
Kasih ibu sangatlah luas; besar
Mencuci lumut pada diri
Membersihkan diri dari kesalahan; dosa
Tempatku berlayar, menebar pukat & melempar tanah
Tempat mencari penghidupanku
Bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Jika dalam mengahadapi hidup diterpa cobaan

3) Imaji
a. Pendengaran
·        -
b Penglihatan
·        Sumur-sumur kering
·        Daunan pun gugur bersama reranting
·        Hanya mata air air mata mu ibu
·        Saat bunga kembang
·        Menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
c. Sentuhan
·        -
d.Penciuman
·        Semerbak bau sayang
e. Perasaan
·        Di hati ada mayang siwalan
·        Memutikkan sari-sari kerinduan
f. Perasa
.        Sedap kopyor susumu

4)    Majas
a.      Ibu adalah gua pertapaanku
Metafora
b.     Kasihmu ibarat samudra
Simile

c.      Bidadari berselendang bianglala
Metaofra
d.     Menulis langit biru
Metafora

5)    Rima
Banyak menggunakan akhiran dengan vokal (dari yang tersering) “u”, “a” dan “i”
Vokal lumayan berat
(kesedihan sekaligus kegembiraan dan kental akan rasa haru)

6)    Tipografi
a.      Penggunaan tanda baca
1.     Koma
Pemenggalan kata
2.     Titik
Mengakhiri kalimat
b.     Penggunaan huruf kapital
1.     Di awal puisi
2.     Untuk mengawali kata “Tuhan”

2. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Aku Karya Chairil Anwar
Aku
Karya : Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Untuk Contoh membaca puisi Aku karya Chairil Anwadapat dilihat di video ini :

Unsur-unsur Puisi  tersebut :
Struktur Fisik Puisi
1.      Perwajahan
Tipografi (Perwajahan puisi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. Dalam Puisi didefinisikan atau diartikan sebagai tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana. Menurut analisis penulis dalam sajak ‘Aku’ karya Chairil Anwar ini tidak menggunakan tipografi karena dalam tipografi puisi ini tidak menentu ada yang menggunakan rata kiri ada yang menggunakan rata kanan, tetapi yang sudah tertera contoh puisi aku di atas menggunakan rata tengah, karena semua tulisannaya di tengahkan semua.
2.      Imaji
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
“Kalau sampai waktuku”
Pada kata kalau sampai waktuku ini penyair itu seakan-akan merasakan bahwa umur aku ini tidak akan panjang dan akan menghadap sang Tuhan Yang Maha Esa.
“Biar peluru menembus kulitku”
Di dalam kata ini penyair merasakan bahwa peluru yang ditembakkan ke tubuhnya itu seakan-akan sudah tertancap.
3.      Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
“Aku mau hidup seribu tahun lagi”
Pada kata ini jikalau pembaca membacanya seakan-akan memancarkan makna yang sangat mendalam tidak akan mungkin kalau umur Aku pada puisi ini bisa bertahun hidup sampai seribu tahun lagi, pada era sekarang ini umur seseorang paling maksimal yaitu 70an tahun, tetapi penyair mengungkapkan pada puisi ini, dia ingin hidup seribu tahun lagi sangat-sangat tidak mungkin dan sangat mustahil sekali jika Aku ini bisa bertahan hidup sampai seribu tahun lagi, jika si Aku ini hidup di zaman sekarang.
4.      Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam bahasa puisinya, karena puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata Dari itulah dalam pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat.
“kalau sampai waktuku”
Pemilihan kata pada kata “kalau sampai waktuku”  ini berarti penyair mengungkapkan bahwa kalau hari ajalnya tiba atau arti lainnya jikalau aku ini mati.
“Ku mau tak seorang ’kan merayu”
Dari bait ini penulis bisa menganalisis bahwa pemilihan kata si penyair sangat tepat, karena kata “Ku mau tak seorang ’kan merayu” Merupakan pengganti dari kata “ku tahu”. Penyair tahu bahwa tidak ada satu orangpun yang bisa merayu.
 “tak perlu sedu sedan“
“Tidak juga kau”
Pada kata ini penyair mengartikan kata ini bahwa aku ini menganggap bahwa kesedihan itu tidak ada gunannya dan “Kau”  kekasihku, temanku dan lain sebagainya.

5.      Kata Konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji, puisi “Aku” ini tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalahnya seorang penyair. Sebagai gambaran saja seandainya puisi ini diberi judul dengan kata “Saya” betapa tidak enaknya pembaca dalam mengungkapkannya, dalam puisi ini bahasa keakuan ini sangat menonjol sekali, tetapi penulis tidak tahu bahwa keakuan siapakah yang dituangkan oleh pengarang.
6.      Versifikasi
Versifikasi, yaitu berhubungan dengan rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup(1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B,
 (2) bentuk intern pola bunyi aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan
(3) pengulangan kata/ungkapan (Waluyo, 187:92). Ritme merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Ritme dalam puisi yang berjudul ‘Aku’ ini terdengar menguat karena ada pengulangan bunyi (Rima) pada huruf vokal ‘U’ dan ‘I’

Struktur Batin Puisi
1.      Tema /sense
Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Di dalam puisi Aku ini bertemakan tentang perjuanagan seorang “Aku”  dan penulis akan menganalisis tiap bait pada puisi ini
2.      Rasa/Perasaan/ feeling
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Feeling atau Rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Oleh sebab itu “Aku” ingin hidup seribu tahun lagi. Semuanya itulah eksprsesi jiwa seorang pengarang yaitu Chairil Anwar.

3.      Tone/Nada
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. Di sini ada sedikit perbedaan antara feeling dan tone itu kalau feeling menggambarkan sikap penyair kepada pokok persoalan puisinya, sedangkan tone atau nada merupakan unsur isi yang menggambarkan sikap penyair kepada pembacanya. Dalam Puisi ‘Aku’ terdapat kata ‘Tidak juga kau’, Kau yang dimaksud dalam kutipan diatas adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. Disamping Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya, berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu kita terima dengan rasa percaya diri dan sebagai pertimbangan kebaikan dalam menciptakan karya selanjutnya.
4.      Amanat
Amanat/tujuan/maksud (itention) yaitu tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi, tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. Amanat dalam Puisi ‘Aku’ karya Chairil Anwar yang dapat penulis simpulkan yaitu :
·         Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun   rintangan menghadang.
·         Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja.
·         Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.

3. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Penerimaan Karya Chairil Anwar
Puisi berjudul Penerimaan
Karya Chairil Anwar

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cerminanku enggan berbagi

Analisis :

1. Struktur Fisik Puisi
A. Diksi (pilihan kata)
Dalam puisi “Penerimaan” terdapat beberapa pilihan kata yang digunakan oleh pengarang. Kata-kata yang digunakan pengarang mudah dipahami dan menggunakan makna sebenarnya seperti pada bait 1, yaitu:
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
B. Imaji
Pengimajian yang digunakan pengarang terdapat pada:
a. Indera penglihatan seperti pada bait 1 yaitu
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Dijelaskan bahwa kita bisa melihat bahwa ia masih sendiri dan belum ada yang menemani seperti kekasihnya menemani dahulu.
b. Indera perasaan terlihat pada kalimat
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Bahwa pengarang merasakan adanya perubahan yang terjadi pada kekasihnya dahulu karena sikapnya sudah tidak sama seperti saat bersamanya.

C. Rima (pengulangan bunyi)
Pada puisi “Penerimaan” rima terdapat pada semua bait yaitu pengulangan pada bunyi (i) pada kalimat terakhir.
Kemudian pengulangan kalimat pada bait 1 dan bait 4, yaitu pada kalimat
Kalau kau mau kuterima kau kembali dan
Kalau kau mau kuterima kembali

D. Bahasa Figuratif (Majas)
Majas yang digunakan adalah majas asosiasi (perumpamaan) yang membandingkan sesuatu dengan keadaan lainnya karena persamaan sifat. Terlihat pada kata “Bak”.

E. Tipografi
Bentuk yang khas pada puisi “Penerimaan” ini menggunakan tipografi zigzag

2. Struktur Batin Puisi
A. Tema
Dalam puisi ini, penyair mengangkat tema percintaan. Yaitu tentang seorang lelaki yang masih memberi harapan pada perempuan yang dulu pernah memiliki hubungan khusus dengannya.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Sang lelaki menyadari bahwa perempuan yang masih ia beri kesempatan kembali itu sudah tak sendiri. Maka ia ingin perempuan itu memutuskan keputusan secara tegas
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cerminanku enggan berbagi
B. Rasa
Dalam hal ini, penyair merasakan sangat berharap dengan sedikit kecemasan bahwa sang mantan kekasih akan berpikir dan menimbang penawarannya dengan matang hingga ia akan kembali padanya.

C. Nada
Pada puisi penerimaan ini, penyair menuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketegasan. Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada dasarnya ia masih mencintai perempuan yang dimaksud. Logikanya adalah mana mungkin ia kembali memberikan kesempatan pada perempuan tersebut untuk kembali bila ia tidak mencintainya. Kemudian ketegasan adalah supaya perempuan tersebut memilih dengan tegas untuk kembali padanya atau terus bersama yang lain.

D. Amanat
1. Penyair berpesan agar perempuan itu mempertimbangkan penawaran penyair dan memutuskan dengan tegas keputusan yang akan ia ambil,
2. Penyair mengabarkan kepada seluruh pembaca bahwa sosok penyair adalah sosok yang benci pada hal yang setengah-setengah. Penyair ingin mengabarkan pada setiap pembaca bahwa dirinya adalah sosok yang tegas dan menyukai ketegasan.

4. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Nyanyian Gerimi Karya Soni Farida Maulan
Nyanyian Gerimi Karya Soni Farida Maulan

Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara

No. Unsur Fisik Struktur Batin Puisi
1 Tipologi
a. Kata Kuntum pada baris kedua setelah titik dan tidak diikuti kata lain menggambarkan bahwa kesendiri dan merasa sangat kesepian. Pada baris selanjutnya dapat kita maknai bahwa orang yang sendiri tersebut ternyata sedang dilanda rasa rindu.
b. Pada bait ke dua dan bait ke tiga, susunan tidak beraturan tetapi terkesan indah. Keindahan yang dinikmati dari sebuah kebersamaan.

c. Pada bait ketiga ketidakberaturan ini mewakili tarian burung-burung dan juga awah gunung berapi serta gelombang lautan.
Tema
Dalam puisi ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti pada baris-baris puisi berikut ini:
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi berikut:
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan.
Karena kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan kekasihnya di kala hujan gerimis.



2 Diksi
Pemilihan kata oleh penyair. Karena puisi bersifat pemadatan, maka pilihan kata harus sesuai dan menimbulkan suatu yang estetis. Pemilihan kata juga harus mewakili makna yang akan disampaikan. Dalam menciptakan karyanya, penyair seringkali memasukkan kata-kata yang sulit kita telaah dan kita mengerti maksudnya. Dalam puisi Nyanyian Gerimis terdapat kata Ekor cahaya yang maknanya kilatan cahaya, berpantulanyang bermakna pancaran mata yang berbinar-binar, juga terdapat kata tarian burung-burungdan Di pantai hatiku yang terkesan indah dan penuh makna
Perasaan
Mengemukakan usaha si aku yang akan cinta dan pengagumannya terhadap seorang gadis, yang dikisahkan sebagai kuntum/bunga (gadis). Si aku merasakan jatuh cinta dengan gadis itu, membayangkan setiap keindahan yang terjadi. rasa rindu yang kerap melanda si aku hingga ia merasa tidak ingin meninggalkan sang gadis tercinta.





3 Pengimajian /Citraan
a. Penglihatan, seolah kita dapat melihatnya dengan nyata. Ekor cahaya berpantulan dalam matamu. Seperti lengkung pelangi
b. Perasaan, seolah kita dapat merasakan.
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
c. Pendengaran, seolah kita dapat mendengarkan.
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Nada
Nada puisi “Nyanyian gerimis” dapat dilihat dari bait,
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
semakin terlihat nada puisi tersebut dinyatakan oleh penyairnya dengan eksplisit. Karena pembaca dapat membayangkan langsung nada dan suasana puisi tersebut. Kesepian yang dirasakan oleh penyair tanpa kekasih hati.
4 Majas/Gaya bahasa
Penggunaan kata-kata untuk mencapai efek tertentu. Dalam puisi Nyanyian Burung terdapat majas sebagai berikut:
a. Majas personifikasi, majas yang menggambarkan benda mati seolah-olah dapat hidup. Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
b. Majas metafora
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
c. Majas simile
Seperti lengkung pelangi
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Amanat
Penyair mengungkapkan rasa kesepiannya dan kerinduannya dengan menghayalkan datangnya kekasih yang menghibur hati. Sehingga penyair semakin yakin akan cintanya yang terpisah oleh jarak dan waktu. Yang memberikan amanat kita harus saling percaya dan terus setia pada kekasih hati meskipun jauh dimata namun selalu dekat dihati kita. Asalkan kita menjaganya




5 Rima / Irama adalah persamaan bunyi pada puisi. Sedangkan Irama berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat atau lagu kalimat. Pada puisi Nyanyian Gerimis, rima dan irama tidak terlalu menonjol, karena pada puisi ini aspek isilah yang lebih ditonjolkan.
Bait 1(a-u-u-u-a-a-a)
Bait 2 (a-i-u-i-a)
Bait 3 (a-u-i-u-a-a-a-u-u-a)
6 Kata Konkret
Kata-kata ini dapat berhubungan dengan kiasan atau lambang. Dalam puisi Nyanyian Gerimis terdapat kata konkret diantaranya:
a. Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (seorang yang sangat kesepian)

b. Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (kerinduan akan seseorang untuk sekadar menghilangkan rasa kesepiannya)

c. Yang saling memahami gairah terpendam (saling merasa rindu, walaupun tidak bertemu cukup seolah bertemu dalam angan)

d. Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (mata seorang yang dirindukan hadir dan tampak berbinar-binar bahagia)

e. Kerinduan bagai awah gunung berapi (sangat rindu meluap-luap tak terbendung)

5. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Joko Damono
Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Taka ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
                    (hujan bulan juni, 1994)

NO Struktur Fisik Puisi Struktur Batin Puisi
1 Tipologi
a. Bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.

b. Menggunakan huruf kecil baik pada awal baitnya maupun pada awal tiap barisnya.

c. Penyair tidak menggunakan kaidah-kaidah dalam puisi seperti jumlah suku kata pada kata di tiap barisnya.

d. Penyair menandai bahwa puisi ini berbeda dengan puisi-puisi yang lain. Selain tidak digunakannya huruf kapital, penyair juga menggunakan tanda titik koma pada akhir baris pertama hingga baris ke tiga, sedangkan pada baris terakhir menggunakan tanda titik sebagai akhir dari puisi tersebut
Tema
Percintaan dimana seseorang yang tidak mengungkapkan perasaaan rindu atau cintanya terlihat pada larik-larik
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap pohon bunga itu
2 Diksi
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang.

Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke makna yang sebenarnya.
Perasaan
Penyair merasa sedih karena pada suatu hari nanti ia akan meninggalkan sosok Kau pada puisi ini yang bisa berarti pembaca, tetapi ia pun senang karena walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi ia tetap menemani dan keberadaannya itu digantikan oleh larik-larik sajak dan kenangan indah semasa hidup.

3 Pengimajian /Citraan
Pengimajian atau pencitraan adalah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk mennggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa pembaca.
a. Penglihatan:
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari

b. Pendengaran:
Suaraku tak terdengar lagi

c. Perasa :
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusisati
Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair pada puisi ini adalah lembut dan halus karena ia menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti ia tidak ada, tapi karya-karyanya akan selalu ada menemani para pembaca.


4 Majas/Gaya bahasa
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusiasati
Kau takkan letih-letihnya kucari
Pada kata-kata tersebut menggunakan majas metafora karena mengumpamakan sesuatu dengan larik, bait dalam sajak.
Amanat
Amanat dari puisi ini adalah bahwa penyair ingin menyampaikan kesetiaannya kepada pembaca walaupun ia sudah tidak adi, pembaca tak usah sedih. Karena dia tetap setia dan tetap bisa menemani pembaca dengan karya-karya nya.



5 Rima / Irama
Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
6 Kata Konkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya. Atau dengan kata lain, kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti pengimajian, kata yang dikongkretkan juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang.

Pada puisi ini kata kongkret terdapat pada kata
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Penyair mengiaskan bahwa kehidupan itu disamakan dengan sela-sela huruf pada kata-kata dalam sajak, yang penyair tak lelah atau letih mencari tujuannya.

6. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Senja di pelabuhan kecil Chairil Anwar,1946
Senja di pelabuhan kecil Chairil Anwar,1946

Buat Sri Aryati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang
Menyinggung muram,desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan
Menyisir semenanjung, masih penggap harap
Sekali tiba di ujung dan sekali selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa berdekap

            Sesaat kita larut dalam keheningan
                        Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
            Seperti lengkung pelangi
                        Sehabis hujan menyentuh telaga

            Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
               Kerinduan bagai awah gunung berapi
                        Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
            Adalah puisi adalah gelombang lautan
                        Yang menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
            Pada kulit dan rambutmu
                        Menghapus jarak dan bahasa
                                    Antara kita berdua
                                                            198

No. Struktur Fisik Puisi Struktur Batin Puisi
1 Tipologi
Pada puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar terdapat enam bait dengan pola 2-1-2-1. Tiap bait puisinya berbeda, pada bait pertama, ketiga dan kelima terdapat dua larik sedangkan bait kedua, keempat, dan keenam terdapat satu larik.
Tema :
cinta atau cinta yang menyebabkan kedukaan. Bait pertatama, penyair merasakan
cintanya yang hilang. Hatinya begitu terpukul. Hatinya mati ibara tidak berlaut. Bait kedua penyairmerasa jiwa sepi, kelam, sehingga kelepak elang dapat didengar. Harapan bertemu dengan kekasihnya timbul tenggelam.
2 Diksi
Diksi yang terdapat pada puisi “Penerimaan” terdapat beberapa kata yang memakai konotasi, seperti:
Bak: bagaikan
Kembang sari: wanita perawan atau keperawanan
Tunduk: menghadapkan wajah kebawah (malu)
Tentang: dekat dihadapan muka (menemui)
Cermin: alat pantul atau bayanga
Perasaan :
Perasaan penyair saat menulis puisi begitu merasa sedih, mengggambarkan kedukaan,
kesepian, dan kesendirian. Hal itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati.
3 Pengimajian /Citraan
Citraan gerakan yang terdapat citraan penglihatan yang terdapat pada kalimat “kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri, desir hari berenang, tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak, berjalan menyisir semenanjung”.
Dominannya citraan gerakan tersebut di atas sangat sesuai dengan apa yang disampaikan penyair melalui puisi tersebut, yaitu mengenai patah hati seseorang yang cintanya ditolak.
Nada :
Penyair menceritakan kegagalan cintanya dengan nada ratapan yang sangat mendalam.
lukanya begitu dalam.
4 Majas/Gaya bahasa
a. pada puisi tersebut terdapat majas personifikasi seperti pada ungkapan “ini kali tidak ada yang mencari cinta, kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri, Gerimis mempercepat kelam, desir hari lari berenang, tanah dan air tidur hilang ombak”.

b. Personifikasi majas yang meletakkan sifat insani yang tidak bernyawa idea yang abstrak. “ ada juga kelepak elang yang menyinggung muram, menyisir semenanjung”.
c. Majas hiperbola ini memberikan gambaran bahwa seseorang yang patah hati karena cintanya ditolak seperti tidak mungkin mendapatkan cintanya bersama seorang wanita.
Amanat :
Penyair ingin mengungkapkan kegagalan cinta yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan segala-galanya. Cinta yang yang begitu dalam akan menyebabkan seseorang menghayati arti sebuah kehilangan.



5 Rima / Irama
Secara keseluruhan pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” ditemukan unsur bunyi yang bernada rendah dan sedih, hal ini tampaknya serasi dengan yang ingin diungkapkan penyair pada puisi ini. Puisi tersebut membicarakan mengenai seseorang yang patah hati karena cintanya ditolak. Penyair memilih vokal a karena terasa berat dan rendah dan konsonan t, ng, k, n, dan p lebih cocok untuk melukiskan suasana yang sendu.
6 Kata Konkret
Pada puisi “Penerimaan” terdapat kata konkret seperti bak kembang sari sudah terbagi artinya wanita yang sudah kehilangan keperawanannya. Sedangkan dengan cermin aku berbagi artinya si “aku” tidak ingin wanitanya mendua bahkan dengan bayangannya sekalipun.

LihatTutupKomentar